Ebib Sandro Mandro patut menjadi kebanggaan Indonesia. Pemuda yang memiliki jiwa pengajar yang menginspirasi. Ia tidak hanya mengumpulkan bekal ilmu, tetapi juga berbagi ilmu tanpa memandang prestise.
Di tengah tren banyak anak muda yang berbondong-bondong menuju kota besar untuk mengejar karir, Ebib memilih jalur yang berbeda. Ia memilih untuk menetap di pedalaman Riau, khususnya di desa Dusun Talang Tanjung Kampung Muaro, Desa Siambul, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.
Pada usia 24 tahun, Ebib memutuskan untuk menjalani peran sebagai pendidik bagi anak-anak dari suku terasing, yaitu Talang Mamak, yang tinggal di daerah tersebut.
Semangatnya dalam Membagikan Ilmu Mendapat Pengakuan dan Apresiasi dari Berbagai Pihak
Mimpi Ebib adalah memberikan wawasan dan pengetahuan kepada anak-anak agar mereka bisa mengikuti perkembangan zaman dengan lebih baik.
Ebib memiliki satu kalimat inspirasional yang mampu menggerakkan hati banyak orang, yaitu “tidak apa-apa rumah ini jelek, asal isinya sarjana semua.” Frasa ini menjadi moto yang memacu semangat anak-anak dan orang tua di Suku Talang Mamak untuk meraih kemajuan di pedalaman mereka.
Perjuangan Ebib tidaklah mudah. Ia harus menghadapi berbagai tantangan, termasuk masyarakat suku Talang Mamak yang tidak selalu mendukung usahanya dalam mendidik anak-anak di sana. Meskipun begitu, cita-cita anak didiknya menjadi sumber energi besar bagi Ebib, yang terus bersikeras dalam membagikan ilmu dan memajukan anak-anak suku Talang Mamak.
Ebib mulai mengajar di Sekolah Dasar yang baru didirikan pada akhir tahun 2018 oleh Yayasan Dompet Dhuafa. Meski saat itu sekolah ini memiliki keterbatasan, semangatnya untuk memberikan bekal ilmu kepada anak-anak menjadi pendorong yang kuat.
Anak-anak di pedalaman tersebut semakin termotivasi untuk belajar, dan orang tua mereka pun semakin sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Dengan bantuan Ebib, anak-anak di pedalaman ini sekarang bisa membaca dan menulis, meningkatkan pengetahuan mereka.
Masalah ekonomi sering menjadi hambatan dalam proses pembelajaran di daerah ini, namun Ebib terus memotivasi bahwa semua masalah ini bisa diatasi. Melihat semangat orang tua dalam memberikan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak mereka, Ebib tetap bersemangat dalam perjuangannya.
Anak-anak di suku Talang Mamak harus berjalan jauh ke sekolah setiap hari, melewati hutan yang gelap pada jam 5 pagi. Kondisi ini mungkin tak pernah terbayangkan oleh banyak orang. Ebib sangat menghargai semangat mereka dalam mengejar ilmu.
Dengan dukungan berbagai pihak yang membantu infrastruktur pendidikan di pedalaman Riau, harapan Ebib untuk memberikan pendidikan yang lebih baik semakin mendekati kenyataan.
Ebib merasa bersyukur atas banyaknya dukungan yang ia terima, yang telah memungkinkan proses belajar mengajar di daerah pedalaman tersebut dapat berjalan dengan lebih baik.
Ebib Sandro Mandro mendedikasikan masa mudanya untuk memberikan manfaat dan membangkitkan semangat belajar anak-anak di pedalaman Riau. Ia percaya bahwa apa yang ia lakukan sekarang harus terus dilanjutkan untuk kemajuan anak-anak Indonesia.
Dengan perjuangannya, Ebib telah berhasil membuat generasi muda Talang Mamak tersenyum dan menatap masa depan dengan penuh harapan. Perubahan yang ia bawa sungguh luar biasa, dan ia pun diakui dengan penghargaan Satu Indonesia Astra (SIA), yang merupakan bentuk apresiasi dari Astra kepada masyarakat yang telah membawa perubahan positif.
Ebib Sandro Mandro telah membuktikan bahwa setiap individu dapat memberikan kontribusi positif pada Indonesia. Kini, giliran kita untuk ikut serta membangun masyarakat dengan semangat dan kemampuan yang kita miliki. Jika Ebib bisa melakukannya, maka kita juga pasti bisa.