Masih belum percaya kalau saya memang benar-benar kembali ke kota Makassar tahun ini.
Meski sempat beberapa teman agak khawatir saya terbang ke sana lantaran kota Makassar dihantam hujan yang tak kunjung reda, hingga mengakibatkan banjir di beberapa area kabupaten.
Tapi, karena tugas sebagai writerpreneur, saya mencoba memantapkan niat bahwa semua akan baik-baik saja. Qodarullah, semesta mendukung.
Cuaca cerah di hari Rabu kapan lalu. Tepatnya 15 Februari 2023.
Nampak langit biru cerah di kota Jakarta. Dan saya mencoba menghubungi teman yang ada di Makassar. Alhamdulillah, beliau menyampaikan jika semuanya aman. Air sudah mulai surut. Kota pun tak lagi macet.
Dan saya memilih maskapai Citilink yang menjadi teman terbang kala itu.
Pengalaman Pertama Terbang Jakarta Makassar Bersama Citilink
Sebenarnya ini bukan kali pertama saya berkunjung ke kota Makassar. Tahun 2021 lalu, saya sudah pernah ke kota yang acapkali disebut sebagai “Kota Daeng” ini.
Jika dulu saya ke kota Daeng ini karena menang lomba blog pariwisata, dan kini lebih istimewa lagi.
Yakni, saya diundang sebagai salah satu narasumber untuk bimbingan teknis menulis buku ilmiah para dosen di Polbangtan, Gowa.
Antara percaya dan tidak, tapi memang inilah kebenarannya. Saya kembali ke belahan bumi angin Mamiri ini lagi.
Dengan misi yang sama, yaitu menebar virus literasi.
Nah, saya jadi ingat di akhir tulisan saya tentang setumpuk cinta untuk bumi Toraja, tersemat sebuah kalimat,
“Mungkin benar TORAJA NEVER ENDING STORY. Dan suatu hari nanti saya akan kembali. Tabik! Kurre’ Sumangga.”
Ternyata benar saya memang kembali. Tapi ke kota Daeng, bukan Toraja. Hahaha.. meski begitu, saya semakin percaya bahwa keajaiban apa yang kita tulis, lalu diikhtiarkan memang bisa benar-benar nyata terjadi.
Well, saya lanjut bercerita bagaimana perjalanan saya terbang dari Jakarta ke Makassar bersama maskapai Citilink ya.
Terjebak Magisnya Bandara Internasional Soekarno Hatta
Jujur, saya takjub dengan kemegahan bandar udara yang namanya diambil dari nama dwitunggal tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, yang sekaligus merupakan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pertama.
Setiap sudutnya banyak makan yang bisa saya selami filosofinya. Terutama di terminal 3.
Maybe, next akan saya bahas sendiri dalam satu artikel tentang keistimewaan bandara internasional satu ini. Dan yang pasti sangat instagrammable buat berfoto.
Meski jujur sih saya sempat kelelahan dan ngos-ngosan banget berjalan dari ujung ke ujung. Hahaha
Turun dari Skytrain atau Kalayang yang merupakan moda transportasi berbasis rel dan menghubungkan Terminal 1, Terminal 2, Terminal 3 serta Stasiun Kereta Bandara yang disediakan secara gratis bagi penumpang pesawat dan pengunjung di Bandara Soekarno-Hatta. Saya berkejaran dengan kebingungan karena belum bertemu dengan partner dari Tasikmalaya.
Sumber gambar: detik.com
Setelah beberapa jam berasa towaf dari lantai 2, turun ke lantai dasar, hingga naik lagi menuju Terminal 3, barulah ketemu sama dia.
Tapi dari situlah saya jadi tahu betapa megahnya Bandar Udara yang terletak di Tangerang, Banten ini.
Bagi kamu yang punya banyak waktu untuk eksplor tempat ini, saya bisa pastikan bakal kagum banget.
Nggak hanya berbicara soal luasnya saja. Tetapi design interior Bandar udara ini lebih khas.
Disebutkan area terminal 3 menjadi Pintu Gerbang Utama Indonesia yang memiliki konsep sebagai Pusat Seni dan Budaya Indonesia (Airport as Art, Culture and Tourism).
Sementara di bagian outdoor east lobby terminal 3 dan smmile center terdapat burung Garuda beserta tulisan Indonesia. Yang konon saat dibuat guna memperingati hari kemerdekaan.
Ada juga Brand Landmark dan taman pensil yang cukup memanjakan mata juga lho. Next, saya akan tulis dalam artikel tersendiri juga ya. Hahaha
2.
Bagaimana Naik Maskapai Citilink?
Nah, selanjutnya saya akan bercerita bagaimana bisa naik maskapai Citilink dan cara memesannya.
Bisa dibilang cukup mudah untuk memesan tiket Citilink karena saya membelinya via online di traveloka.
Dimulai dengan mengisi data pemesan, memilih jam, memesan kursi, lalu check in, saya lakukan melalui online semua. Sehingga ketika berangkat ke bandara, saya tak perlu repot mengantre lagi.
Ada pengalaman yang menarik ketika saya berada di ruang tunggu di mana ternyata saya salah gate.
Yang mana di karcis tertera di gate 20. Tapi ternyata saat dipanggil seharusnya di gate 23. Dan tahu nggak, jam keberangkatan pun kurang 10 menit.
Akhirnya saya berlarian dong ke gate 23 menuju ke pesawat sambil membawa tas ransel dan satu tas lagi yang tersemat di bahu. Kebayang, rempong banget kan? Wkwkkw
Tapi setelah masuk ke pesawat, Alhamdulillah sudah lega. Saya dan teman tidak ketinggalan pesawat dong ya.
Nah, sekarang saatnya review gimana rasanya naik maskapai Citilink? Nyaman?
Ini kali pertama saya naik pesawat Citilink. So far, nyaman banget. Sambutan dari kru kabin juga ramah. Para pramugari juga memberikan intruksi cukup mudah dipahami sehingga saya nggak merasa bingung.
Walaupun, kadang muka saya nampak bingung karena ada beberapa hal yang nggak saya pahami saat naik pesawat. Tapi alhamdulilah saat perjalanan dimudahkan.
Maklumi ya. Saya berasal dari desa. Dan naik pesawat bisa dihitung jari. Wkwkwk
Nah, selain pelayanan ramah, untuk soal keberangkatan juga tepat waktu. Bahkan ketika ada salah satu penumpang yang belum masuk ke dalam, para petugas mengontrolnya dengan teliti.
Bagaimana tempat duduknya? Lebar atau sempit?
Menurut saya sih standar ya untuk lebarnya. Karena badan saya kecil, jadi ya cukup nyaman dengan tempat duduk model maskapai Citilink ini.
Dari sisi penyajian makanan pun terbilang cepat. Tidak lama saya duduk sambil berbincang bersama partner kerja, makanan sandwich yang saya pesan pun datang.
Lumayan banget buat mengganjal perut karena memang saya juga lapar banget sih.
Harga sandewich yang saya pesan ini dibanderol Rp70.000. Harga standar juga menurut saya. Artinya, nggak mahal, juga nggak mudah.
Selain pesanan makanan yang saya sebutkan di atas, pesawat yang merupakan anak Garuda ini menjadi salah satu maskapai yang menawarkan layanan in-flight meal dengan menu yang beragam.
Bisa dipesan saat online ataupun offline di pesawat kok. Bahkan, pramugari juga menawarkan oleh-oleh khas Makassar di pesawat.
Tapi sayangnya, di maskapai satu ini tidak tersedia fasilitas menonton film atau mendengarkan musik. Jadi cukup membosankan sambil menunggu pesawat landing 2 jam dari Jakarta ke Makassar.
Yang paling bikin saya pengen naik Citilink lagi adalah saat take off itu mulus, Landing pun mulus banget. Jadi ketakutan saya naik pesawat bisa dikendalikan dengan sangat baik.
Maklum, ternyata saya cukup ciut nyalinya kalau naik pesawat. Suka overthingking deh.
Dan akhirnya, welcome Makassar “kota daeng”.
Sumber gambar: diambil oleh malicaahmad.com, 2023
Masyaallah pulau di kota Makassar sangat cantik terlihat dari atas. Menakjubkan.
Jadi pengen balik lagi ke sana deh.