Sebenarnya nggak sengaja mampir di Cafe Sepur dekat stasiun Babat Lamongan. Tapi berhubung saya butuh tempat singgah melepas bosan selama menunggu kereta Dharmawangsa yang berangkat pukul 23.30 nanti. Akhirnya saya memutuskan singgah di cafe vintage ini.
Lumayan, bisa numpang ngisi baterai laptop plus sekalian bikin artikel kuliner di blog mywordsjourney.com. Haha…
Rasanya, sebuah kebetulan yang sangat membahagiakan banget. Padahal tadi, ketika berangkat dari rumah pukul 5 sore menuju stasiun yang berjarak 60 menit, sempat dibikin galau.
Jujur, saya nggak bayangin 5 jam menunggu di stasiun pastinya bikin bosan dong. Tapi untungnya, ada Cafe sepur ini yang letaknya nggak jauh dari stasiun, jadi saya bisa mampir dong. Rezeki banget kan?
Aktivitas menunggu jadi nggak membosankan karena bisa disambi sekalian sama makan. hihi
Nah, penasaran, gimana konsep cafe bernuansa vintage yang baru saja dibangun ini? Simak review lengkapnya di sini. Harus baca sampai habis ya.
Cafe Sepur,Mengusung Konsep Vintage Dekat Stasiun Babat Lamongan
Kafe dengan nuansa bangunan tua ini rupanya menawarkan pengalaman nongkrong yang mengasyikkan. Selain atmosfer klasik yang memikat, hidangan dan minuman yang disajikan juga menggugah selera.
Sempat heran kalau di wilayah Babat, yang merupakan salah satu kecamatan di Lamongan ini bisa menyajikan cafe se-estetik ini. Nggak nyangka, kreativitas orang kota sudah berhasil diadaptasi oleh orang Lamongan dengan menghadirkan cafe sepur dekat stasiun Babat Lamongan ini beda dengan yang lain.
Kenapa saya bilang berbeda dari yang lain?
Sebab, sejauh saya pernah keliling di beberapa cafe di Lamongan, kebanyakan yang saya lihat design cafe yang diusung lebih modern dan industrial. Untuk design cafe bergaya vintage masih jarang.
Makanya, saya bisa katakan jika cafe sepur ini unique.
Baca juga: Historica Café Surabaya, Café Gaya Industrial Minimalis Cocok Buat Nongkrong
Ketika masuk, sekilas saya teringat dengan bangunan Ndoro Dongker Tawangmangu. Saya sudah mengulasnya, buat kamu yang ingin membacanya, silakan baca di Ndoro Dongker Tea House.
Bangunan yang lebih dominan dengan warna abu-abu dan putih ini memang seriusan klasik. Beberapa aksesori dan furniture seperti meja dan kursi menggunakan bahan kayu jati yang sudah dipernis mengkilap warna cokelat.
Tampilan ini yang menambah nuansa klasiknya semakin terasa.
Apalagi didukung oleh gambar-gambar Lamongan tempo doeloe yang seolah-olah ditujukan kepada siapa saja yang datang ke cafe sepur ini untuk diajak memutar ulang ingatan ke masa lampau.
Yang tak lain adalah mengingat kembali sejarah Lamongan di masa silam.
Meskipun beberapa gambar yang ditempel di dinding kayu berwarna putih itu hanyalah hasil ngeprint dari gambar yang ada di beberapa situs website Lamongan.
Namun bagi saya, cafe sepur ini sudah berhasil menghadirkan unique selling untuk memikat pelanggannya agar mendapatkan pengalaman nongkrong yang tak terlupakan.
Apalagi yang saya lihat, lantai yang digunakan di cafe ini masih berbahan kayu juga. Jadi khas bangunan lama layaknya rumah-rumah di Lamongan zaman dulu sebelum beredar bangunan rumah yang dibangun dengan batu-bata.
Baca juga: Cafe Cirebon Berkonsep Outdoor
Tak hanya itu saja, guna menambah kesan vintage dan klasik, ada juga sepeda “jengki” terpajang di cafe ini. Saya nggak tahu apa tujuannya.
Namun, saya sempat berpikir jika pengelola memang menyesuaikan dengan konsep cafe ini yang mengusung gaya bangunan tua tempo doeloe. Jadi supaya kesannya makin terasa ornamen sepeda jengki ini sebagai sarana pendukungnya.
Dengan nuansa vintage yang mengasyikkan ini, tak heran jika semakin malam, cafe sepur ini semakin ramai pengunjung. Sebab nuansa vintage-nya sangat kental. Padahal ketika saya sampai di sini pukul 6 sore tadi. Kafe ini masih sepi dan tenang. Tapi sekarang, wah crowded, lumayan.
Menariknya, cafe sepur tak hanya menyajikan ruang indoor yang mengusung konsep vintage. Tetapi ada juga area outdoor yang nggak kalah nyaman.
Menurut saya, di area outdoor lebih ke gaya modern seperti design cafe kebanyakan. Ada lampu yang diletakkan di bagian sudut-sudut tanaman. Cahaya lampu nggak cerah, tetapi cenderung remang-remang. Sendu gitu suasananya.
Jadi kalau ke sini bersama pasangan, pastikan memilih tempat duduk di area outdoor supaya nuansa romantisme lebih terasa.
Peletakkan antara tanaman satu dengan tanaman lainnya, juga sangat pas jaraknya. Jadi adem banget lihatnya. Dan itupun bukan tanaman bunga warna-warni, tetapi lebih ke tanaman ilalang.
So, vibes-nya udah kayak kita sedang berada di padang rumput gitu. Apalagi lantainya menggunakan kerikil dan batako berwarna abu-abu plus di sela-sela batako diselipin sama rumput hijau buatan.
Adem banget ngelihatnya.
Oh ya, tersedia juga tempat salat dan kamar mandi. Meskipun tempat salat tidak begitu besar, tetapi cukuplah buat beribadah. Jadi paket lengkap banget sih menurut saya.
Lainnya, yang bikin betah di Cafe Sepur alunan musiknya yang dipilih kebanyakan yang mengundang otak kita untuk bernostalgia. Jadi jujur saja, saya ngetik artikel sudah hampir satu jam, rasanya kok cepat banget.
Mungkin musik yang mendukung juga kali ya jadi menyentuh banget ke hati sehingga proses menulis saya jadi lancar jaya. wwkwkkw
Lantas, bagaimana dengan makanannya? Nggak kalah enak dan murah banget harganya, lho.
Review Makanan di Cafe Sepur Dekat Stasiun Babat Lamongan
Karena saya merasa kenyang banget, sejujurnya nggak pengen makan tadi.
Tetapi ada nama menu makanan yang cukup memancing sehingga hati tergerak buat makan deh.
Nama menunya Wonton Rebus. Makanan apaan tuh? Apa yang dimaksud dengan wonton?
Wonton adalah sejenis hidangan khas kuliner Tionghoa yang terkenal di seluruh dunia. Ini merupakan hidangan dumpling atau bola-bola kecil berisi isian yang biasanya terbuat dari campuran daging yang dicincang halus, bawang putih, bawang bombay, dan rempah-rempah lainnya.
Atau acapkali disebut sebagai pangsit khas Tionghoa.
Kalau saya bilang sih sejenis dimsum yang ditambah dengan sedikit kuah. Atau sebenarnya lebih mirip sama bumbu pangsit atau mie ayam. hahaha
Nah, kayak gini nih penampakan menu Wonton. Isian di dalamnya ada kuah, pangsit, acar, potongan ayam, ditaburi bawang goreng, dan daun selada.
Saat digigit, rasa bawang goreng lebih dominan. Cuma bisa dinetralisir sama daun selada.
Pas awal-awal makan, rasanya hanya gurih sedikit agak manis. Bagi saya yang penyuka pedas, tentu kurang nendang dong. Saya pun berniat untuk beranjak dari tempat duduk buat bilang ke waitress, jika saya mau minta sambal.
Tetapi ketika saya aduk, ternyata ada cabe hijau sembunyi di dalamnya. Dan cabainya masih utuh berbentuk cabai. Pantas, rasa pedasnya nggak ada sama sekali.
Oh ya, menu wonton rebus ini hanya dibanderol seharga Rp15.000 saja, lho. Murah banget, kan?
Nah, karena saya lumayan lama singgah di cafe sepur ini, rasanya kok nggak enak kalau cuma pesan satu jenis makanan.
Sebab, sepertinya mengetik butuh tenaga. Pasti untuk beberapa jam ke depan, saya bakal lapar lagi.
Akhirnya buat ganjal perut, saya memutuskan untuk membeli kentang goreng satu porsi seharga Rp10.000 saja. Lalu untuk minumnya, saya pesan green tea seharga Rp10.000 juga.
Jadi kalau ditotal, biaya nongkrong malam ini hanya sekitar Rp35.000 saja.
Sementara dengan biaya nongkrong semurah itu, alhamdulilah saya bisa menuntaskan dua artikel di blog mywordsjourney.com dan checking kerjaan tim artikel tulisinaja.com yang kebetulan deadline besok pagi harus disetor ke klien.
Kira-kira, worth it nggak menurut kalian?
Menurut saya, worth it banget sih. Nilai nongkrong saya, pasti seminggu ke depan akan diganti lebih banyak insyAllah.
Eh, kok itung-itungan banget sih Mbak Malica? Bukan perhitungan sih. Tetapi lebih tepatnya, jika memang kita suka nongkrong, maka sebelum memutuskan untuk nongkrong, kamu wajib pastikan apakah pengeluaran kamu lebih lebih besar daripada penghasilan yang kamy dapatkan.
Atau justru sebaliknya, yakni penghasilan lebih besar sehingga kamu bisa membuat budget untuk dana nongkrong? Nah, dari sini, coba kalian pahami ya.
Untuk menu-menu lainnya di Cafe Sepur ini, juga sengaja saya lampirkan di postingan ini.
Dimana Lokasi Cafe Sepur Babat Lamongan?
Cafe sepur babat ini terletak di Jl. St., Gilang, Babat, Kec. Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Lebih tepatnya sebelah barat stasiun.
Jadi, sebelum kita masuk ke kawasan stasiun, ada berjejer penjual nasi pecel di sebelah kanan jalan. Nah, cafe sepur ini, merupakan cafe terdekat dengan arah stasiun.
Cukup berjalan melewati sekitar lima rumah saja, kamu sudah bisa sampai di stasiun setelah nongkrong lama di cafe sepur ini.
Dan menurut saya, cocok banget buat tempat singgah ketika kamu ingin berangkat lebih awal ke stasiun dengan tujuan supaya tidak ketinggalan kereta.
Nah, setelah membaca review saya ini, apakah kamu tertarik buat datang ke sini juga?
Saya rasa warga Lamongan wajib datang ke sini sih biar merasakan vibes tempoe doeloe yang masih cukup kental diusung di cafe sepur ini.
Bagus yo Mbak tempatnya. Dan dengan makan minum harga segitu, nek prosoku yo ga mahal sih. Lha semangkuk gitu…
Wah wah lagek weruh, kudu ndang cuss mrono rek, kelihatannya koq menarik hati…
Makasih infonya yaa..