serabi notosuman solo – Tahun 2019 menjadi salah satu tahun yang tak terlupakan dalam perjalanan karierku sebagai seorang writerpreneur. Pagi itu, aku mendapat undangan yang cukup mengejutkan dari Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif Indonesia).
Mereka mengundangku untuk menghadiri sebuah workshop yang mengusung tema “Menjadi Writerpreneur Sukses” yang akan diadakan di Solo, kota yang terkenal dengan budaya dan kuliner khasnya.
Aku merasa sangat beruntung, karena kesempatan ini bukan hanya kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang dunia bisnis penulisan, tetapi juga untuk bertemu dengan penulis-penulis hebat dari seluruh nusantara.
Workshop itu diadakan di Museum Radya Pustaka, sebuah bangunan bersejarah yang sarat akan nilai budaya dan pengetahuan. Begitu memasuki ruang workshop, aku sudah merasakan aura kreativitas yang begitu kental.
Di sekitarku, ada penulis-penulis dari berbagai daerah dari Sabang hingga Merauke, semua hadir dengan semangat yang sama, yaitu mengembangkan karya tulis mereka menjadi sebuah bisnis yang memberi dampak positif.
Pembicara-pembicara yang diundang adalah para ahli di dunia penulisan dan kewirausahaan kreatif. Aku belajar banyak tentang bagaimana mengemas karya tulis menjadi sebuah produk yang bisa bersaing di pasar global.
Dari materi tentang branding, cara memanfaatkan platform digital, hingga teknik pemasaran tulisan yang tepat. Semua ilmu yang aku dapatkan begitu berharga, namun, ada satu momen yang tak akan pernah aku lupakan selama workshop itu berlangsung.
Pada siang hari, setelah sesi workshop selesai, beberapa peserta memutuskan untuk meluangkan waktu menikmati kuliner khas Solo. Seorang teman dari Jakarta yang sudah sering berkunjung ke Solo mengajakku untuk berburu serabi Notosuman, salah satu kuliner legendaris yang menjadi simbol kota ini.
Aku yang sebelumnya hanya mendengar nama “serabi Notosuman” dari cerita-cerita teman, merasa sangat tertarik untuk mencicipinya secara langsung.
Kami berjalan menuju kawasan Notosuman, tempat serabi legendaris itu dijual. Suasana di sekitar sana sangat khas, dengan penjual serabi yang telah lama berjualan turun-temurun.
Begitu tiba di sana, aku disambut dengan aroma harum dari serabi yang baru saja matang, menggugah selera. Serabi Notosuman ini memiliki keistimewaan tersendiri.
Teksturnya yang lembut dan kenyal dengan rasa gurih yang pas di mulut, dilengkapi dengan toping kelapa parut yang menambah cita rasanya. Setiap gigitan terasa seperti mewakili cerita panjang tradisi kuliner Solo yang tak pernah pudar oleh waktu.
Kami duduk santai, menikmati serabi sambil berbincang tentang pengalaman masing-masing. Ada yang bercerita tentang tantangan dalam menulis, ada juga yang berbagi cerita tentang bagaimana mereka mulai membangun karier sebagai writerpreneur.
Momen itu benar-benar menginspirasi, karena aku merasa lebih dekat dengan teman-teman penulis yang memiliki visi dan misi yang serupa.
Aku teringat betapa pentingnya menjaga akar budaya dalam setiap karya yang kita hasilkan. Seperti halnya serabi Notosuman, yang tetap mempertahankan resep tradisionalnya meski zaman terus berkembang.
Ini adalah pelajaran penting bagi seorang writerpreneur dimana kita harus terus berinovasi, tetapi juga jangan lupa untuk menghargai tradisi dan nilai-nilai yang telah ada.
Asal Nama Serabi Notosuman Solo
Serabi Notosuman berasal dari Kampung Notosuman, Solo, lebih tepatnya di Jalan Notosuman, Jawa Tengah yang kini Diberi nama Jalan Moh. Yamin.
Selain itu, proses pembuatan kue ini terletak di Kampung Notosuman. Tak heran jika nama ini terdengar sangat legend sekali. Serabi Notosuman Solo merupakan kue tradisional khas Solo dibuat oleh pasangan Hoo Ging Hok dan Tan Giok Lan sejak tahun 1923 dan telah menjadi legenda selama bertahun-tahun.
Kelezatan dan keunikan serabi ini yang membuatnya tetap diminati hingga sekarang, bahkan sudah memiliki beberapa cabang di berbagai kota.
Pasalnya, Serabi sudah dikenal sejak masa Kerajaan Mataram dan sering disebut dalam Serat Centhini, karya para pujangga keraton Surakarta yang ditulis antara 1814-1823 atas perintah Pakubuwana V.
Dalam naskah tersebut, serabi disebut sebagai makanan sesaji dalam berbagai upacara seperti ijab atau pernikahan, ruwahan, serta sebagai kudapan. “Serabi adalah makanan tradisional yang masih bertahan hingga kini,”
Apa Beda Serabi Notosuman Solo dengan Serabi Lainnya?
Serabi Notosuman memiliki keunikan yang membedakannya dari serabi yang biasa ditemui di berbagai daerah Indonesia.
Berbeda dengan serabi lain yang umumnya disajikan dengan kuah manis atau gurih berbahan dasar santan, Serabi Notosuman justru tidak memerlukan kuah tambahan.
Keistimewaan rasanya sudah terletak pada bahan-bahan dasar seperti tepung beras, gula pasir, santan, pandan, dan air, yang dicampur dengan proporsi yang pas. Kombinasi ini menghasilkan cita rasa yang khas, yaitu manis, gurih, dan sedikit wangi pandan yang menggugah selera.
Serabi Notosuman Solo ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga tradisi yang telah dijaga turun-temurun di daerah Notosuman, Solo. Meskipun tampak sederhana, serabi ini memancarkan keaslian yang sulit ditemukan di tempat lain.
Pengolahannya yang cermat dan bahan-bahan berkualitas memberikan sensasi kenikmatan yang tak bisa disaingi. Setiap gigitan serabi ini menghadirkan tekstur yang lembut dan kenyal di dalam, dengan sedikit kerak kecoklatan yang gurih di bagian bawah, menjadikannya pilihan yang sempurna untuk menikmati kelezatan tradisional Indonesia tanpa tambahan kuah apapun.
Varian Rasa Serabi Notosuman Solo
Sebenarnya ada tiga toko Serabi Notosuman yang terkenal di Solo, yaitu Serabi Notosuman Ny. Handayani, Serabi Notosuman Ny. Lidia, yang keduanya kono masih bersaudara. Dan satu lagi, Serabi Notosuman H. Oemar.
Nah, kebetulan saya beli serabinya di toko Serabi Notosuman Ny. Lidia yang hanya menyediakan dua varian rasa, yakni original dan cokelat. Tapi jika pembeli ingin mix varian cokelat dan original juga bisa banget.
Dikemas dalam bentuk dus yang mana satu dusnya berisi 10 pcs bisa pilih dalam bentuk gulung atau lembaran. Sementara untuk harganya, serabi solo yang manisnya legit ini dibanderol dengan harga Rp 39.900 sampai Rp 42.000.
Selain itu, bagi kamu yang malas ngantre untuk membeli kue legendaris ini, bisa banget loh pesan take away melalui merchant grabfood atau gofood. Waktu itu selain saya datang ke outletnya langsung, saya juga pesan take away buat oleh-oleh anak-anak di rumah.
Menariknya lagi, kamu juga bisa membeli serabi solo notosuman ini melalui online. Cek aja di marketplace Shopee, Tokopedia ataupun Paxelmarket.
Kesimpulan
Serabi Notosuman Solo, dengan kesederhanaannya, ternyata mampu menyatukan masa lalu dan masa kini dalam setiap suapan, menjadikannya bukan sekadar makanan, tetapi juga sebuah cerita yang terus diwariskan. Kuliner ini tidak hanya sekadar lezat, tetapi juga simbol kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
Buat kamu yang sedang berkunjung ke Solo, jangan lupa mampir beli oleh-oleh serabi notosuman khas Solo, ya.