Keunikan Omah Sinten di Solo

Hotel dan restoran Omah Sinten berada pada salah satu pusat peradaban kerajaan Pura Mangkunegaran. Meanjadi salah satu suar yang menampakan cantiknya kearifan budaya Jawa di tengah gempuran moderenitas. Sejak pemerintahan kota Solo mencanangkan daerah mereka sebagai kota wisata, daerah Ngarsopuro menjadi salah satu perhatian pemerintah agar diubah menjadi kawasan budaya. Terlebih lagi, di daerah tersebut terdapat pasar barang antik Triwindu yang bersampingan dengan Omah Sinten.

Omah Sinten didesain untuk para wisatawan yang menyukai wisata sejarah. Ditengok dari namanya, hotel ini sudah menggambarkan kekentalan budaya Jawa. Omah berarti rumah dan sinten berarti siapa, tempat ini bermakna rumah bagi siapa saja yang ingin merasakan keindahan budaya Jawa, khususnya di sekitar Kasunanan Mangkunegaran. 

Konsep Budaya yang diusung pada Omah Sinten

Hotel yang dibuka pada 2010 ini memiliki beberapa bagian. Konsep yang diusung adalah budaya Jawa, terlihat dari bangunan Omah Sinten yang berbentuk limasan dan joglo. Selain itu, pada bagian dalam hotel ini terdapat  restoran indoor dan outdoor, kamar hotel, dan ruang sinema.

Tak hanya berkonsep Jawa, di sini juga menerapkan green concept dan ruang terbuka hijau, karena ada banyak tanaman-tanaman lawas yang langka dan jarang ditemui. Menurut pemilik Omah Sinten, bangunan ini menggunakan kayu jati bekas, bukan dari hasil menebang pohon. 

Pada bagian dalam hotel, Anda maka akan menemukan kentalnya suasana tempo dulu. Terlihat dari ukiran etnik, tembok dengan batu bata diekspos, bangunan joglo dan limasan, ditambah segarnya angin yang berhembus di antara rimbunnya pohon. Sebagian besar perabotan mengusung ornamen Jawa dan terbuat dari bahan kayu. Omah Sinten direkomdasikan bagi wisatawan yang suka dengan hotel bergaya etnik.

Konsep budaya dipilih untuk menarik minat wisatawan milenial, karena perlunya edukasi bahwa budaya Jawa sudah memiliki gaya arsitektur tradisonal memiliki nilai tinggi. Bahkan setiap ornamen dan elemen di dalamnya mengandung filosofi tersendiri.

Terdapat 10 kamar yang di Omah Sinten, yang semuanya memiliki satu view yang sama, yaitu menghadap Istana Mangkunegaran. Hal ini membuat para tamu terasa berada dalam lingkungan keraton. Terdapat ruang bale Suba Wiyata yang dirancang khusus sebagai ruang sinema. Hal unik dari ruang ini alah penataan batu bata yang menonjol berguna sebagai fungsi akustik ruangan agar tidak menimbulkan gema. Ruang ini berkapsitas 60 orang dan berada di lantai dua hotel Omah Sinten.

Adapun fasilitas hotel yang ditawarkan, meliputi kamar dengan kamar mandi shower air dingin dan air panas, telepon IDD, televisi, mini bar, guest amenities, sarapan, dan layanan pengantaran dari dan ke hotel atau bandara. Tarif yang dikenakan per kamar adalah Rp 865.000. 

Keunikan Interior dan Arsitektur Restoran di Omah Sinten

Di bagian restoran terdapat beberapa tempat yang dapat digunakan untuk bersantap bersama rombongan atau sendirian. Ada tiga ruangan utama, Bale Mangundriyo berupa pendopo, Bale Manguncipto berupa limasan, dan Bale Bojakrama berupa hall yang luas. Pada dekorasi dinding, dibuat dengan latar yang menarik saat digunakan berswafoto. Bila Anda bersama dengan rombongan dengan jumlah sekitar 30 orang, bisa menggunakan Bale Mangungriyo. Sedangkan untuk rombongan yang sangat besar dapat menggunakan Bale Bojakrama, terdapat space bernama De Krontjong yang sangat unik. Di bale ini, tamu dapat memesan lagu keroncong yang akan disuguhkan saat menikmati hidangan.

Tak cukup dengan konsep dan bangunan arsitekturnya, Omah Sinten terkenal karena menawarkan kuliner tempo dulu. Omah Sinten menyajikan kuliner yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam dan Mangkunegaran dalam mengemasnya dengan gaya kekinian. Menurut pemilik Omah Sinten, masakan adalah kekayaan kebudayaan yang harus terus dipertahankan dan diperkenalkan pada khalayak ramai. Kuliner tradisional khas Jawa, terutama di wilayah Surakarta tak hanya sekedar barang pengenyang perut, namun memiliki filosofi tiggi di setiap bahan yang digunakan. Maka tak heran bila masakan yang Anda cicipi tak hanya makanan khas Solo, namun juga makanan langka yang hanya dimasak di dalam lingkungan keraton. Salah satu menu andalan mereka adalah nasi golong.

Menu Andalan di Omah Sinten

Nasi golong adalah kuliner kegemaran Mangkunegoro I atau Pangeran Sambernyawa semasa bergeriliya melawan penjajahan. Bentuk nasi bolong yang disajikan bulat dan dilengkapi aneka lauk dan sayur mengingatkan beliau akan pentingnya persatuan rakyat untuk melawan penjajah. Di Omah Sinten, nasi golong disajikan dalam wajah bambu dengan isi berupa nasi putih, sayur bening, urap sayur, dan aneka lauk meliputi tahu, tempe, telur rebus, dan ayam goreng.

Kuliner unik dan langka lain di Omah Sinten yaitu sate penthul. Dikatakan langka sebab makanan ini hanya dapat dijumpai di restoran Omah Sinten, tidak ada di tempat lain. Menurut cerita, menu sate penthul hanya dimasak sekali dalam satu tahun ketika upacara Adang Sega Tahun Dal. Sehingga bisa Anda simpulkan bahwa makanan ini cukup langka pembuatannya. Akan tetapi di restoran Omah Sinten, Anda tidak perlu menunggu lama untuk merasakan menu sate penthul, karena kuliner tersebut menjadi sajian utama. 

Menu keraton lain yang hanya dapat Anda jumpai di Omah Sinten, diambil dari masakan favorit Mangkunegaran VI yaitu sayur garang asem. Mangkunegaran VI sendiri telah berkuasa sekitar tahun 1896 sampai 1916, sehingga memerlukan bantuan abdi dalem keraton untuk memperoleh resep garang asem istiwa yang persis disukai oleh beliau. Maka tak mengherankan bila menu garang asem yang disajikan oleh restoran Omah Sinten dikemas lebih mewah dan berbeda dengan garang asem lainnya. 

Garang asem sendiri adalah masakan khas jawa yang dibuat dari olahan ayam yang dimasak dengan santan dan dibungkus daun pisang dengan cita rasa asam dan pedas. Di Omah Sinten, garang asem tidak dibungkus dengan daun pisang namun dimasak pada batang bambu, disajikan hangat bersama nasi berbentuk kerucut, tumis kacang oanjang, tahu tempe goreng, sambel dan kerupuk lempeng dari beras.

Satu lagi kuliner favorit kerajaan Mangkunegaran yang juga dihadirkan di restoran Omah Sinten adalah Panggang Gepuk. Menu ini tergolong mewah dan istimewa. Dahulu kala kuliner ini hanya disajikan pada perjamuan pesta dan acara khusus di dalam keratin. Panggang Gepuk adalah daging sapi atau kambing yang dimasak dengan cara digepuk-gepuk atau dipukul-pukul agar menghasilkan tekstur daging yang lembut dan empuk. Daging kemudian diberi bumbu, dimasak dengan dua tahapan, pertama dipanggang, kemudian daging digoreng. 

Bila Anda tertarik untuk memanjakan mata dengan pemandangan keratin yang menawan, suguhan ormamen Jawa yang memukau dan berbagai kuliner langka khas keratin Mangkunegaran yang hanya bisa dicicipi di daerah Solo, silakan mengunjungi Omah Sinten. Hotel dan restoran berkonsep budaya yang mengangkat tradisi Jawa ke level yang lebih tinggi, sekaligus menjadi tempat untuk bernostalgia akan keluhuran budaya Jawa, khususnya di Surakarta.

malica ahmad
About the author

Hello, I am Malica Ahmad. Indonesian Blogger, Lifestyle and Travel Blogger, Writerpreneur, Ghostwriter, and exciting about SEO Content Writing. Send me message of offering job here malicaahmad13@gmail.com

Tinggalkan komentar